Terinspirasi
dari perkuliahan Filsafat Ilmu oleh Prof. Dr. Marsigit, M. A. pada hari Kamis,
16 Oktober 2014
Jika
ingin memahami dunia, pahamilah pikiranmu sendiri – Immanuel Kant
Dunia
tidak selebar daun cabe, begitulah permisalah dari salah seorang dosen di
kampus. Biasanya beliau akan mengatakan kalimat permisalan itu jika kami para
mahasiswanya kesulitan menemukan masalah dalam pembelajaran Kajian Permasalahan
Matematika.
Dalam
memahami dunia yang begitu luas dan berlapis-lapis kekompleksannya tentulah
tidak mudah. Namun setiap manusia memiliki dunianya sendiri. Yaitu pikirannya.
Dengan memahami pikiran sendiri, maka bisa dikatakan bahwa kita telah memahami
dunia. Pernah dengar tentang seseorang yang terjebak dalam dunianya sendiri?
Artinya ia terjebak dalam pikirannya sendiri. Ia asik dan menikmati setiap
sudut pikirannya hingga kadangkala tidak peduli dan bahkan mengabaikan dunia
sekitarnya. Bagaimana tanggapan orang-orang yang berada di sekitarnya? Sebagian
mungkin ada yang marah karena merasa terabaikan dan tak dipedulikan. Sebagian
lagi mungkin akan cuek dan membiarkannya terbuai dengan dunianya sendiri. Saya
salah satu yang sering terjebak dalam dunia saya sendiri. Kadang saya sering
menciptakan imajinasi gila dan aneh-aneh dalam pikiran sendiri. Ibarat
sutradara yang menciptakan sebuah setting tersendiri dalam kepala saya. Entah
itu tentang membayangkan hal yang bersifat nyata atau tidak nyata. Biasanya
saya akan terpengaruh kepada buku atau film yang saya baca.
Terjebak
dalam dunia sendiri menurut saya tidaklah menjadi sesuatu yang aneh. Karena itu
akan meningkatkan daya imajinasi seseorang. Terjebak dalam dunianya sendiri
bisa juga terjadi jika seseorang terlalu fokus pada hobinya, pekerjaannya atau
khayalannya yang membuatnya merasa sempurna.
Dalam
berfilsafat, konsep harmonilah yang dituju. Bukan benar dan salah. Karena dalam
filsafat, benar dan salah itu belum tentu. Selain harmoni, tujuan filsafat
adalah memperoleh kesempurnaan hidup. Walaupun kita tahu bahwa manusia
diciptakan sempurna dalam ketidaksempurnaannya. Manusia tidak akan pernah
mencapai kesempurnaan hidup. Lebih tepat adalah menuju kesempurnaan. Dengan
ketidaksempurnaan kita lebih mengerti dan memahami hidup.
Jika
diperhatikan, ketidaksempurnaan dan keterbatasan dalam hidup manusia itu justru
membuat hidup manusia lebih baik. Makanya pernah saya temui kalimat, “menjadi
tidak tahu itu lebih baik daripada menjadi banyak tahu”. Pengandaian ini mirip
adanya keterbatasan dalam hidup manusia. Jika manusia tahu banyak hal,
kadangkala justru malah hidupnya tidak tenang. Misalnya, seorang teman
menceritakanmu sebuah rahasia besar yang jika sampai dibocorkan pada orang lain
maka akan mengubah dunia. Dengan amanah sebesar itu tentulaha hidupmu berubah
menjadi tidak tenang. Dari yang semula kamu bisa bangun pagi dengan ceria dan
tidur malam dengan mimpi indah, berganti dengan rasa was-was yang selalu
menghampiri. Namun selalu ada hal kontradiski yang muncul. Dengan semakin tahu
banyak hal, akan menjadikan seseorang lebih dewasa, berwawasan luas, bijaksana
dan hati-hati dalam bertindak.
Olehkarena
itu muncullah skala prioritas. Di mana manusia diharuskan memilih dari beberapa
pilihan. Ini duniaku, mana duniamu?
0 komentar:
Silakan Bekomentar.!!!
Semakin banyak berkomentar, semakin banyak backlink, semakin cinta Search Engine terhadap blog anda
Posting Komentar